KUMPULAN PUISI


TENTANG SEBUAH KATA

 tentang sebuah durga
 dipahatkan di halaman istana
 gerimis tak lagi mampu menggerusnya
 buldoser telah dikerahkan
 beribu-ribu kata
 hanya tinggal kepingan besi tua

tentang sebuah alur
mengalir sepanjang sungai
rumah kita
terus mengulur
memanjang kisah
terasa tak habis-habis
mengulum ludah berbusa-busa

Tentang sebuah ular
menggelepar
sepanjang mimpi dan cita-cita
tiap hari mengigit
mengeluarkan bisa
bertambah menjelma
menjadi khuldi
buah yang dulu
menyilaukan nafsu
ibu dan ayah kita
sehingga ia terlempar
ke dalam surga
membangun rumah
setiap keping darah kita

tentang sebuah kata
yang timbul-tenggelam
dalam kamus
kehidupan manusia
terlalu ingin menemukan
sebuah rumus
sampai ubanan
bagai lalu lintas
simpang siur di kepala
tentang sebuah apa?



DEMI WAKTU

Tanpa salam,
kita pun masuk ke dalam jam
menghantam kaca dan angka, tapi
jarum itu tetap berdetak, bertalu-talu menghantam kita
kaupun dibuatnya ke arah senja lalu matamu
yang kulihat kini berkaca-kaca
mencoba membaca cahaya
mengeja jingga yang luntur diam-diam
ke legam matamu yang kian malam
“Pada siapa kekasihmu kini?”
Jarum itu tetap berdetak, berdegub bagi jantungku
berulang-ulang dan lamban saja, rasanya
di sini, aku semakin yakin jika tiap suara adalah usia
sekejap nyawa diperjalanan, tak henti menanti henti
dengan segala kegaduhan itu, kusaksikan kerentaan
terus menarik tubuhku semakin dalam ke dalam
malam, membenamkanku pada kegelapan
pada pintu cahaya yang sabar bagi tegar
“kemana kau yang raib selepas maghrib?” aku teriak
ke segala angka, kepada jeda di antara gerak
yang bertalu-talu, di jantungku
diurat keningku. sedang
bayangmu sejak tak terbayang dibayangku
jauh di atas kepala. milyaran bintang tampak perak
menyala, sejenak, sempat kuingat sesaat
sebelum kita berangkat, kau tetap gugusan cahaya
berwarna sepi, kau yakin di arah sana, tpat
di bawahnya waktu bermukim di dalam jam
tapi semuanya telah berlalu, beberapa lama,
hentak yang terus diciptakan jarum untuk waktu
telah menempatkanku di sebuah subuh
sesuatu ruang begitu rindang, di sekitarnya
udara tampak gembira,
berduyun-duyun menuju daun
menjadi embun, berhimpun begitu rimbun
kemudian, perlahan aku hayati kau sebagai kemari
terperangkap di sebuah petang, masih bertanya
tentang semua mengenai waktu
lamat-lamat, kudengar detak dadamu menjadi 
jarum di dalam jam, tak sanggup
buat diam




MEDALI HATIMU



Mengajakku bermain-ma?in

Kau pernah tawarkan ceria
Dalam tiap langkahku
Aku pernah meraih medali hatimu
Tapi sekarang …
Tak seperti saat kau
Membiaskan? pelangi
Dirona wajahku
Kau..
Telah hilang
Bersama percikan air
Yang mengering karena di injak sang mentari
KATAMU

Kau bilang

Kubayangkan butir air mata memenuhi pelupuk matamu
saat kau membacakan baris-baris kasih sayang
kepada buah hatimu
Kusapa, ada beberapa butir air mata menggantung di sukmaku
hendak menyeruak ke dunia menemani keharuanmu

Tak ada yang dapat kuucapkan hari ini
seperti hari kemarin, aku hanya bisa membisu
coba kutulis beberapa kata ungkapan kehormatan
kepadamu yang kini duduk menyaksikan ilham Allah
merasuki tulang-tulang tuamu.

Adakah aku akan melihat orang tuaku
sebahagia lantunan nyanyian hatimu
yang hendak menempuh tahap tertinggi kodrat manusia?
aku merenung menggores bayangan butiran air matamu
yang terdorong keluar oleh kebahagiaan
aku berusaha menutupi jalan untuk air mataku
yang tak sanggup menahan keharuan
menuntut jalan keluar,
mungkin hendak berteman dengan air matamu

Kubayangkan butir air mata memenuhi pelupuk matamu 
saat kau membacakan baris-baris kasih sayang 
kepada buah hatimu 
Kusapa, ada beberapa butir air mata menggantung di sukmaku 

hendak menyeruak ke dunia menemani keharuanmu 

Tak ada yang dapat kuucapkan hari ini
seperti hari kemarin, aku hanya bisa membisu
coba kutulis beberapa kata ungkapan kehormatan
kepadamu yang kini duduk menyaksikan ilham Allah
merasuki tulang-tulang tuamu.

Adakah aku akan melihat orang tuaku
sebahagia lantunan nyanyian hatimu
yang hendak menempuh tahap tertinggi kodrat manusia?
aku merenung menggores bayangan butiran air matamu
yang terdorong keluar oleh kebahagiaan
aku berusaha menutupi jalan untuk air mataku
yang tak sanggup menahan keharuan
menuntut jalan keluar,
mungkin hendak berteman dengan air matamu

Tak ada yang dapat kuucapkan hari ini 
seperti hari kemarin, aku hanya bisa membisu 
coba kutulis beberapa kata ungkapan kehormatan 
kepadamu yang kini duduk menyaksikan ilham Allah 

merasuki tulang-tulang tuamu. 

Adakah aku akan melihat orang tuaku
sebahagia lantunan nyanyian hatimu
yang hendak menempuh tahap tertinggi kodrat manusia?
aku merenung menggores bayangan butiran air matamu
yang terdorong keluar oleh kebahagiaan
aku berusaha menutupi jalan untuk air mataku
yang tak sanggup menahan keharuan
menuntut jalan keluar,
mungkin hendak berteman dengan air matamu

Adakah aku akan melihat orang tuaku 
sebahagia lantunan nyanyian hatimu 
yang hendak menempuh tahap tertinggi kodrat manusia? 
aku merenung menggores bayangan butiran air matamu 
yang terdorong keluar oleh kebahagiaan 
aku berusaha menutupi jalan untuk air mataku 
yang tak sanggup menahan keharuan 
menuntut jalan keluar, 
mungkin hendak berteman dengan air matamu

Kau pernah ada
Aku hanya karang…


SEPUCUK SURAT UNTUK NEGERIKU

Rumahku yang manis.
Kau mesti tahu aku begitu menyayangimu
di sini di Jalan Horatio.
Namun demikian,
kuabaikan ilusi-ilusi tentangmu,
telah kubaca tulisan para pengkritikmu
tentang bukuku, tumpukan tinja!

Aku tahu kau dalam posisi sulit, rumahku yang manis,
sekarang, dan selamanya. Aku tahu, kau berusaha, tetapi tolonglah,
kumohon dengan sangat,
berusahalah lebih keras! Cobalah semua upaya!
Jangan lupa, kau tidak sendirian,
seluruh dunia sedang terus berusaha
semua yang melata di atas bumi, yang berenang di dalam air,
yang melayang di udara,
bahkan yang terkubur di bawah tanah!

dapat kau bayangkan apa yang mungkin terjadi
dengan kerja luar biasa ini!
Sukar untuk bahkan sekedar memikirkan
melampui gairah dan menjijikkan.
Dan celaanmu yang lemah sia-sia saja, rumahku yang manis,
kau tidak lain cuma noktah kecil, bahkan meskipun penting bagiku.

Jadi bersatulah sekurang-kurangnya
jangan jadi semacam kanon yang luput. Bukalah
matamu selebar dunia dan lihatlah gambar besarnya!
Aku tahu, semua ini tidaklah mudah, rumahku yang manis. juga untukku.
Namun, aku merindukanmu sangat. Truk-truk api ini
tidak dapat menggantikan trem-trem kuningmu. Roti
ternyata tidak dapat dimakan.
Et celera
Tetapi mengapa cintaku begitu lemas?


Sebaris kata yang teramat indah terungkap dari seorang Ibu Untuk terlepas dari ke bodohan “HABIS GELAP TERBITLAH TERANG”  
Guru bagai terang dalam kegelapan
 Semerbak wangi di taman yang teduh membuka jalan, dan mata hati untuk ilmu pengetahuan
 Guru….tanpamu kami tak berarti apa-apa denganmu
 kami bisa jadi bermanfaat bagi negeri ini karenamu...

Sambut mentari di fajar
Bangun lebih baik daripada tidur
Tetaplah terus tuk belajar Di dunia karunia nan terhampar
 Tuntutlah ilmu hingga negeri cina
Bawa dunia lebih dewasa
Bukankah ini tujuan merdeka
Kini perjuangan para pemuda
Walau terselimut lelah
Wujud dunia lebih indah
Dengan ilmu terus di asah
Untuk kembali bertuah
Sebelum mata terpejam
  
Ingin ku jujur..
ingin ku sadar kan dirimu..
ingin ku kata kan semua nya pada mu..
Aku hanya sebuah tetes embun..
yang memberi kesejukan sementara sebelum matahari membuat ku hilang dan tak tersisa… Ku ingin kau jangan terlalu banyak berharap pada ku..
karna ku hanya bisa membahagiakan mu sekejap saja..

Ramadhan dengan ketegaran Bulan seribu bulan
Bulan penuh keberkahan
Hingga kini kita tuju kemenangan
Bulan dosa-dosa dihapuskan
Tiadalah sempurna jika tak saling memaafkan
Syawal 1432 H kita lebaran
Ijinkanlah ku mengucapkan
Dari lubuk hati dan ketulusan
Minal aidzin wal fa idzin
Mohon maaf lahir dan bathin
Atas dosa dan kekhilafan
Ku yang tak luput dari segala dosa


Oh Indonesia, Lambangmu bertuliskan Bhineka Tunggal Ika
17 Agustus hari kemerdekaanmu
Oh Indonesia, Banyak tradisi Tarian dan adat budaya Mewarnai Indonesia Reog Ponorogo Grebek Mulud, Surakarta Lompat Batu, Nias
Oh Indonesia, Benderamu warna merah dan putih Warna merah melambangkan keberanian Warna Putih melambangkan kesucian Wahai penerus bangsa Mari kita cintai dan lestarikan Budaya Indonesia


Previous
Next Post »

Mohon dengan sangat untuk berkomentar dan saran demi kemajuan bersama,, beri kritik yang bermanfaat dan jangan lupa join blog ini..!
oke??? terima kasih :) ConversionConversion EmoticonEmoticon

Thanks for your comment