Kata Pengantar
Penyusun menyampaikan syukur kepada Allah SWT, atas petunjuk
dan kekuatan yang diberikan sehingga makalah yang membahas “PENGGUNAAN
PENERAPAN KONSEP REDOKS DALAM MENGATASI MASALAH LINGKUNGAN” yang sederhana ini
dapat diselesaikan dengan baik.
Dengan hasil penelitian ini kami susun untuk memenuhi tugas
yang diberikan oleh guru pembimbing, disamping itu dapat membiasakan diri dalam
meneliti dan menulis makalah serta dapat melatih untuk meningkatkan motivasi
belajar dan juga dapat mendorong kita untuk lebih maju dalam berprestasi.
Apa yang diuraikan ini sebagai ungkapan pengalaman penyusun
melalui membaca, melihat, dan mendengar berita, baik di media elektro maupun
media cetak. Harapan kami semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca
terutama bagi diri kami sebagai penyusun, dan dimanfaatkan sebagaimana
mestinya. Tentu saja tulisan ini tidak lepas dari kekurangan baik susunan
katanya maupun sajiannya, untuk itu penyusun tetap menerima saran dan keritik
dari siapapun demi perbaikan.
Akhirnya atas segala perhatian penyusun menyampaikan terima
kasih.
Dompu 8 Maret 2011
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
Halaman Judul
..................................................................................
i
Kata Pengantar
.................................................................................
ii
Daftar Isi
..........................................................................................
iii
PENERAPAN KONSEP REDOKS
BAB I PENDAHULUAN …………….....................................................................
1
Latar Belakang
.........................................................................................
1
Tujuan
......................................................................................................
1
Manfaat
……………………………………………………………………………………………… 1
BAB II PEMBAHASAN
.....................................................................................
2
Penerapan Konsep
Larutan Elektrolit Redoks ...................................... 2
Penerapan konsep
redoks dalam member nama senyawa …............. 2
Contoh – contoh soal
……………………………………………………………………… 2
Penerapan Konsep
Larutan Elektrolit dan Konsep Redoks dalam
Mengatasi Masalah Lingkungan
............................................................. 3
Cara Pengolahan dalam
mengatasi masalah lingkungan ………….……... 3
· Pengolahan secara fisika ....………………………………………………………….. 4
· Pengolahan secara kimia …………………………………………………….……….. 4
· Pengolahan secara biologi …………………………………………………..……….. 5
· Pengolahan air limbah melalui metode biologi …………………… 6
BAB III PENUTUP
...............................................................................
10
Kesimpulan dan Saran
.......................................................................... 10
Kesimpulan
................................................................................................
10
Saran
....................................................................................................
10
iii
BAB I
Pendahuluan
Latar Belakang
Berdirinya pabrik-pabrik menimbulkan dilema bagi pemerintah
dan masyarakat. Di satu sisi, keberadaan pabrik membantu pemerintah mengurangi
angka pengangguran. Akan tetapi, adanya pabrik justru menimbulkan masalah bagi
lingkungan. Air limbah pabrik yang tidak diolah atau diolah secara tidak benar
dapat merusak lingkungan karena air limbah mengandung zat pencemar, seperti
senyawa organik dan logam berat. Oleh karena itu melalui konsep redoks kita
dapat mangatasi masalah terhadap lingkungan diantaranya menggunakan proses
pengolahan fisika, kimia, dan biologi yang sangant berperan penting dalam
mangatasi masalah lingkungan sehingga dapat diatasi dengan benar.
Tujuan
Adapun tujuan hasil penelitian ini agar kami mampu melakukan
pengamatan sebagai bahan pelajaran untuk melatih diri sedini mungkin, secara
obyektif, sistematis dalam penyampaian hasil penelitian di berbagai media
tentang penggunaan penerapan konsep redoks ( reduksi oksidasi) dalam mengatasi
masalah lingkungan.
Manfaat
Makalah yang kami buat ini bermanfaat dalam usaha
mengembangkan hasil pengamatan bagi siswa kelas X khususnya kelas X5, disamping
memenuhi tugas kelompok yang diberikan oleh guru pembimbing. Mudah - mudahan
dengan adanya makalah ini bagi pembaca terutama bagi guru, dan siswa SMA Negeri
1 Dompu yang akan datang dapat menggugah dan termotivasi diri untuk membaca
sekaligus sebagai bahan pembanding dalam mengembangnkan disiplin ilmu yang
dimiliki.
1
BAB I
Pembahasan
Anda telah mempelajari konsep larutan elektrolit dan reaksi
reduksi oksidasi. Apakah manfaat dari konsep-konsep yang telah Anda
pelajaritersebut ?
Penerapan Konsep Larutan Elektrolit dan Reaksi Redoks
1. Penerapan Konsep Redoks dalam Memberi Nama Senyawa
Senyawa kimia diberi nama berdasarkan muatan dan jenis
unsur-unsur penyusunnya, misalnya NaCl (natrium klorida), MgCl2 (magnesium
klorida), dan CO2 (karbon dioksida). Bagaimana dengan senyawa yang unsur
penyusunnya memiliki nilai bilangan oksidasi lebih dari satu, seperti Fe dan
Cu? Fe memiliki dua nilai bilangan oksidasi, yaitu +2 dan +3, sedangkan nilai
bilangan oksidasi Cu adalah +1 dan +2. Jika unsur logam tersebut berikatan
dengan unsur nonlogam akan membentuk lebih dari satu jenis senyawa. Untuk itu,
penulisan kedua senyawa yang terbentuk dibedakan dengan cara menuliskan
muatannya dengan angka Romawi dalam tanda kurung. Angka Romawi ditulis di
belakang nama unsur yang bersangkutan. Berikut contoh penulisan nama untuk
senyawa yang terbentuk antara Fe dan Cl.
FeCl2 = besi(II) klorida
FeCl3 = besi(III) klorida
Agar lebih memahami hal ini, pelajarilah contoh-contoh soal
berikut.
Contoh 1.1
Tuliskan nama senyawa berikut.
a. Cu2O dan CuO
b. PbS dan PbS2
Jawab
a. Cu memiliki dua bilangan oksidasi, yaitu +1 dan +2
sehingga
Cu2O = tembaga(I) oksida
CuO = tembaga(II) oksida
Jadi, Cu2O adalah tembaga(I) oksida dan CuO adalah
tembaga(II) oksida.
b. Pb memiliki dua bilangan oksidasi, yaitu +2 dan +4
sehingga
PbS = timbal(II) sulfida
PbS2 = timbal(IV) sulfide
Jadi, PbS adalah timbal(II) sulfida dan PbS2 adalah
timbal(IV) sulfida.
2
Aturan yang berlaku untuk senyawa ion berlaku juga untuk
senyawa kovalen yang salah satu unsur penyusunnya memiliki bilangan oksidasi
lebih dari satu. Untuk lebih jelasnya, pelajarilah contoh soal berikut.
Contoh 1.2
Tuliskan nama senyawa berikut.
a. NO dan N2O3
b. P2O5 dan P2O3
Jawab
a. N memiliki empat bilangan oksidasi, yaitu 2, 3, 4, dan 5
sehingga:
NO = nitrogen(II) oksida
N2O3 = nitrogen(III) oksida
Jadi, NO adalah nitrogen(II) oksida dan N2O3 adalah
nitrogen(III) oksida.
b. P memiliki tiga bilangan oksidasi, yaitu 3, 4 dan 5
sehingga:
P2O5 = fosfor(V) oksida
P2O3 = fosfor(III) oksida
Jadi, P2O5 adalah fosfor(V) oksida dan P2O3 adalah
fosfor(III) oksida.
2. Penerapan Konsep Larutan Elektrolit dan Konsep Redoks
dalam Mengatasi Masalah Lingkungan
Daur ulang air limbah
Maraknya berbagai kegiatan industri di Indonesia
mengakibatkan cadangan air tanah di beberapa daerah mengalami kekeringan.
Eksploitasi air tanah yang berlebihan di beberapa kota besar seperti Jakarta,
Semarang, dan Surabaya, mengakibatkan terjadinya intrusi air laut dan penurunan
permukaan tanah akibat kosongnya sungai-sungai air di bawah tanah.
Beberapa cara mengatasi krisis air seperti reboisasi hutan
gundul dan penyuntikan air pada sungai-sungai kering di bawah tanah pada musim
hujan telah dilakukan. Namun, hal ini belum dapat menyelesaikan masalah karena
cadangan air tanah tetap tidak akan dapat terpenuhi selama eksploitasi air
tanah yang dilakukan pihak industri tetap berlangsung.
Agar kegiatan industri tetap berlangsung dan kebutuhan
masyarakat akan air bersih dapat terpenuhi metode daur ulang air limbah
merupakan langkah konkret yang harus dilakukan. Dewasa ini teknologi ozon
muncul sebagai teknologi tepat guna dalam proses daur ulang air limbah industri
dan domestik.
Berdirinya pabrik-pabrik menimbulkan dilema bagi pemerintah
dan masyarakat. Di satu sisi, keberadaan pabrik membantu pemerintah mengurangi
angka pengangguran.
3
Akan tetapi, adanya pabrik justru menimbulkan masalah bagi
lingkungan. Air limbah pabrik yang
tidak diolahatau diolah secara tidak benar dapat merusak
lingkungan karena air limbah mengandung zat pencemar, seperti senyawa organik
dan logam berat. Ada beberapa cara pengolahan limbah, di antaranya pengolahan
secara fisika, kimia, dan biologi.
a. Pengolahan Secara Fisika
Pada umumnya, sebelum dilakukan pengolahan lanjutan terhadap
air buangan, bahan-bahan tersuspensi berukuran besar dan yang mudah mengendap
atau bahan-bahan yang terapung disisihkan terlebih dahulu. Penyaringan
(screening) merupakan cara yang efisien dan murah untuk menyisihkan bahan
tersuspensi yang berukuran besar. Bahan tersuspensi yang mudah mengendap dapat
disisihkan secara mudah dengan proses pengendapan.
Proses flotasi banyak digunakan untuk menyisihkan
bahan-bahan yang mengapung seperti minyak dan lemak agar tidak mengganggu
proses pengolahan berikutnya. Flotasi juga dapat digunakan sebagai cara
penyisihan bahan-bahan tersuspensi (clarification) atau pemekatan lumpur
endapan (sludge thickening) dengan memberikan aliran udara ke atas (air
flotation).
Proses filtrasi di dalam pengolahan air buangan biasanya
dilakukan untuk mendahului proses adsorpsi atau proses reverse osmosis-nya.
Tujuannya untuk menyisihkan sebanyak mungkin partikel tersuspensi dari dalam
air agar tidak mengganggu proses adsorpsi atau menyumbat membran yang digunakan
dalam proses osmosis.
Proses adsorpsi dengan karbon aktif dilakukan untuk
menghilangkan senyawa aromatik (misalnya: fenol) dan senyawa organik terlarut
lainnya terutama jika diinginkan untuk menggunakan kembali air buangan
tersebut. Teknologi membran (reverse osmosis) biasanya diaplikasikan untuk
unitunit pengolahan kecil, terutama jika pengolahan ditujukan untuk menggunakan
kembali air yang diolah. Biaya instalasi dan operasinya sangat mahal.
b. Pengolahan Secara Kimia
Pengolahan air buangan secara kimia biasanya dilakukan untuk
menghilangkan partikel-partikel yang tidak mudah mengendap (koloid),
logam-logam berat, senyawa fosfor, dan zat organik beracun. Proses ini
dilakukan dengan cara menambahkan bahan kimia tertentu ke dalam air limbah.
Penyaringan bahan-bahan tersebut pada prinsipnya berlangsung melalui perubahan
sifat bahan-bahan tersebut, yaitu dari tidak dapat diendapkan menjadi mudah
diendapkan (flokulasi-koagulasi), baik dengan atau tanpa reaksi
oksidasi-reduksi dan juga berlangsung sebagai hasil reaksi oksidasi.
Pengendapan bahan tersuspensi yang tidak mudah larut
dilakukan dengan menambahkan elektrolit yang memiliki muatan yang berlawanan
dengan muatan koloidnya agar terjadi netralisasi muatan koloid tersebut,
sehingga akhirnya dapat diendapkan. Agar terjadi pengendapan logamlogam berat
atau senyawa fosfor, air diberi perlakuan khusus terlebih dahulu dengan
pengondisian pH air. Penyisihan logam berat dan senyawa fosfor dilakukan dengan
menambahkan larutan alkali (misalnya air kapur) sehingga membentuk endapan
hidroksida dari logam-logam tersebut atau endapan hidroksiapatit.
Penghilangan bahan-bahan organik beracun seperti fenol dan
sianida pada konsentrasi rendah dapat dilakukan dengan mengoksidasinya dengan
klor (Cl2), kalsium permanganat, aerasi, ozon hidrogen peroksida.
4
Pada dasarnya kita dapat memperoleh efisiensi tinggi dengan
pengolahan secara kimia, akan tetapi biaya pengolahan menjadi mahal karena
memerlukan bahan kimia.
Senyawa organik yang terlarut
Senyawa anorganik yang terlarut
Partikel
Bakteri
Gambar 1.1
Proses adsorpsi dengan karbon aktif
c. Pengolahan Secara Biologi
Semua air buangan yang biodegradable dapat diolah secara
biologi. Pengolahan limbah cair dengan proses biologi umumnya digunakan untuk
menghilangkan bahan-bahan organik terlarut dan koloidal yang membutuhkan biaya
yang cukup mahal untuk menghilangkannya. Dalam beberapa dasawarsa telah
berkembang berbagai metode pengolahan biologi dengan segala modifikasinya.
Pada dasarnya, reaktor pengolahan secara biologi dapat
dibedakan atas dua jenis, yaitu:
1. reaktor pertumbuhan tersuspensi (suspended growth reactor);
2. reaktor pertumbuhan lekat (attached growth reactor).
Jika menggunakan reaktor pertumbuhan tersuspensi,
mikroorganisme tumbuh dan berkembang dalam keadaan tersuspensi. Proses lumpur
aktif yang banyak dikenal berlangsung dalam reaktor jenis ini. Proses lumpur
aktif merupakan proses aerobik, pada proses ini mikroba tumbuh dalam
flok (lumpur) yang terdispersi, pada flok inilah akan
terjadi proses degradasi. Proses lumpur aktif berlangsung dalam reaktor dengan
pencampuran sempurna dilengkapi dengan umpan balik (recycle) lumpur dan
cairannya. Di dalam reaktor pertumbuhan lekat, mikroorganisme tumbuh di atas
media pendukung dengan membentuk lapisan tipis untuk melekatkan dirinya.
Berbagai modifikasi telah banyak dikembangkan selama ini, antara lain:
1. trickling filter,
2. cakram biologi,
3. filter terendam, dan
4. reaktor fluidisasi.
Seluruh modifikasi ini dapat menghasilkan efisiensi
penurunan BOD sekitar 80%–90%. Ditinjau dari segi lingkungan di mana
berlangsung proses penguraian secara biologi, proses ini dapat dibedakan
menjadi dua jenis:
1. proses aerob, yang berlangsung dengan hadirnya oksigen;
2. proses anaerob, yang berlangsung tanpa adanya oksigen.
6
Apabila BOD air buangan tidak melebihi 400 mg/L, proses
aerob masih dapat dianggap lebih ekonomis dibandingkan proses anaerob. Pada BOD
lebih tinggi dari 4.000 mg/L, proses anaerob menjadi lebih ekonomis.
Sumber: www2s.biglobe.ne.jp
Gambar 5.6
Kapur yang dilarutkan dalam air
dapat mengendapkan logam
berat dan senyawa fosfor
Pengolahan air limbah melalui metode biologi
Pengolahan air limbah pada umumnya dilakukan dengan
menggunakan metode Biologi. Metode ini merupakan metode yang paling efektif
dibandingkan dengan metode Kimia dan Fisika. Proses pengolahan limbah dengan
metode Biologi adalah metode yang memanfaatkan mikroorganisme sebagai katalis
untuk menguraikan material yang terkandung di dalam air limbah. Mikroorganisme
sendiri selain menguraikan dan menghilangkan kandungan material, juga
menjadikan material yang terurai tadi sebagai tempat berkembang biaknya. Metode
pengolahan lumpur aktif (activated sludge) adalah merupakan proses pengolahan
air limbah yang memanfaatkan proses mikroorganisme tersebut.
Dewasa ini metode lumpur aktif merupakan metode pengolahan
air limbah yang paling banyak dipergunakan, termasuk di Indonesia, hal ini
mengingat metode lumpur aktif dapat dipergunakan untuk mengolah air limbah dari
berbagai jenis industri seperti industri pangan, pulp, kertas, tekstil, bahan
kimia dan obat-obatan. Namun, dalam pelaksanaannya metode lumpur aktif banyak mengalami
kendala, di antaranya, (1) diperlukan areal instalasi pengolahan limbah yang
luas, mengingat proses lumpur aktif berlangsung dalam waktu yang lama, bisa
berhari-hari, (2) timbulnya limbah baru, di mana terjadi kelebihan endapan
lumpur dari pertumbuhan mikroorganisme yang kemudian menjadi limbah baru yang
memerlukan proses lanjutan.
Areal instalasi yang luas berarti dana investasi cukup
besar, akibatnya pemanfaatan teknologi lumpur aktif menjadi tidak efisien di
Indonesia, ditambah lagi dengan proses operasional yang rumit mengingat proses
lumpur aktif memerlukan pengawasan yang cukup ketat seperti kondisi suhu dan
bulking control proses endapan.
Limbah baru merupakan masalah utama dari penerapan metode
lumpur aktif ini. Limbah yang berasal dari kelebihan endapan lumpur hasil
proses lumpur aktif memerlukan penanganan khusus. Limbah ini selain mengandung
berbagai jenis mikroorganisme juga mengandung berbagai jenis senyawa organik
yang tidak dapat diuraikan oleh mikroorganisme. Pengolahan limbah endapan
lumpur ini sendiri memerlukan biaya yang tidak sedikit.
7
Sedikitnya 50 persen dari biaya pengolahan air limbah dapat
tersedot untuk mengatasi limbah endapan lumpur yang terjadi. Akibatnya,
kebanyakan di Indonesia limbah endapan lumpur ini biasanya langsung dibuang ke
sungai atau ditimbun di TPA (tempat pembuangan akhir) bersama dengan sampah
lainnya.
Daur ulang air limbah
Pada tahun 1994 dalam sebuah jurnal international water
science technology, Hidenari yasui dari Kurita Co, Jepang, memperkenalkan
sebuah proses inovasi pengolahan air limbah dengan mereduksi jumlah endapan
lumpur yang dihasilkan dari proses pengolahan lumpur aktif. Proses inovasi
tersebut kemudian dikenal dengan proses pengolahan air limbah emisi zero (zero
emission). Hidenari yasui berhasil mereduksi hampir 100 persen dari limbah
endapan lumpur dengan menerapkan teknologi ozon pada proses pengolahan air
limbah lumpur aktif.
Pada sistem pengolahan air limbah lumpur aktif dengan
penerapan sistem ozon ini sebagian endapan lumpur diambil untuk melalui proses
ozonisasi dalam chamber ozon proses. Selanjutnya endapan lumpur tadi
dikembalikan pada chamber lumpur aktif. Melalui proses ozonisasi endapan lumpur
tadi menjadi material yang mudah untuk diuraikan dan direduksi oleh
mikroorganisme. Dalam chamber lumpur aktif bersamaan dengan proses penguraian
air limbah material oleh mikroorganisme, terjadi pula proses penguraian endapan
lumpur hasil proses tersebut, sehingga tercipta sistem praktis pengolahan air
limbah.
Ozon yang merupakan spesis aktif dari oksigen memiliki
oksidasi potential 2.07V, lebih tinggi dibandingkan chlorine yang hanya
memiliki oksidasi potential 1.36V. Dengan oksidasi potential yang tinggi ozon
dapat dimanfaatkan untuk membunuh bakteri (strilization), menghilangkan warna
(decoloration), menghilangkan bau (deodoration), menguraikan senyawa organik
(degradation).
Dengan kemampuan multifungsi yang dimilikinya ozon dapat
menguraikan endapan lumpur yang sebagian besar kandungannya adalah bakteri dan
senyawa-senyawa organik seperti phenol, benzene, atrazine, dioxin, dan berbagai
zat pewarna organik yang tidak dapat teruraikan dalam proses lumpur aktif.
Ozon membunuh bakteri dengan cara merusak dinding sel
bakteri sekaligus menguraikan bakteri tersebut (Collignon, 1994). Hal ini
berbeda dengan chlorine yang hanya mampu membunuh bakteri saja. Ozon juga mampu
membunuh bakteri tipe filamen seperti bakteri S Natans, M Parvicella, Thiotrix
I dan II penyebab bulking di mana zat padat dan zat cair sulit terpisahkan pada
kolam pengendapan.
Dengan menerapkan teknologi ozon pada pengolahan air limbah
lumpur aktif didapatkan sistem praktis pengolahan air limbah. Beberapa
keuntungan penerapan sistem ini adalah lumpur endapan dapat dihilangkan
sehingga pengolahan lanjutan dan/atau pencemaran sungai dapat dihindarkan,
bulking dapat dihilangkan sehingga sistem proses lumpur aktif berjalan stabil,
dan air limbah dapat didaur ulang.
Dengan menerapkan sistem ini didapatkan air bersih yang
tidak lagi mengandung senyawa organik beracun dan bakteri yang berbahaya bagi
kesehatan. Air tersebut dapat dipergunakan kembali sebagai sumber air untuk
kegiatan industri selanjutnya. Diharapkan pemanfaatan sistem daur ulang air
limbah akan dapat mengatasi permasalahan persediaan cadangan air tanah demi
kelangsungan kegiatan industri dan kebutuhan masyarakat akan air. Semoga.
8
Daur ULANG AIR LIMBAH
Pada tahun 1994 dalam sebuah jurnal international water
science technology, Hidenari yasui dari Kurita Co, Jepang, memperkenalkan
sebuah proses inovasi pengolahan air limbah dengan mereduksi jumlah endapan
lumpur yang dihasilkan dari proses pengolahan lumpur aktif.
Proses inovasi tersebut kemudian dikenal dengan proses
pengolahan air limbah emisi zero (zero emission). Hidenari yasui berhasil
mereduksi hampir 100 persen dari limbah endapan lumpur dengan menerapkan
teknologi ozon pada proses pengolahan air limbah lumpur aktif.
Pada sistem pengolahan air limbah lumpur aktif dengan
penerapan sistem ozon ini sebagian endapan lumpur diambil untuk melalui proses
ozonisasi dalam chamber ozon proses. Selanjutnya endapan lumpur tadi
dikembalikan pada chamber lumpur aktif. Melalui proses ozonisasi endapan lumpur
tadi menjadi material yang mudah untuk diuraikan dan direduksi oleh
mikroorganisme. Dalam chamber lumpur aktif bersamaan dengan proses penguraian
air limbah material oleh mikroorganisme, terjadi pula proses penguraian endapan
lumpur hasil proses tersebut, sehingga tercipta sistem praktis pengolahan air
limbah.
Ozon yang merupakan spesis aktif dari oksigen memiliki
oksidasi potential 2.07V, lebih tinggi dibandingkan chlorine yang hanya
memiliki oksidasi potential 1.36V. Dengan oksidasi potential yang tinggi ozon
dapat dimanfaatkan untuk membunuh bakteri (strilization), menghilangkan warna
(decoloration), menghilangkan bau (deodoration), menguraikan senyawa organik
(degradation).
Dengan kemampuan multifungsi yang dimilikinya ozon dapat
menguraikan endapan lumpur yang sebagian besar kandungannya adalah bakteri dan
senyawa-senyawa organik seperti phenol, benzene, atrazine, dioxin, dan berbagai
zat pewarna organik yang tidak dapat teruraikan dalam proses lumpur aktif.
Ozon membunuh bakteri dengan cara merusak dinding sel
bakteri sekaligus menguraikan bakteri tersebut (Collignon, 1994). Hal ini
berbeda dengan chlorine yang hanya mampu membunuh bakteri saja. Ozon juga mampu
membunuh bakteri tipe filamen seperti bakteri S Natans, M Parvicella, Thiotrix
I dan II penyebab bulking di mana zat padat dan zat cair sulit terpisahkan pada
kolam pengendapan.
Dengan menerapkan teknologi ozon pada pengolahan air limbah
lumpur aktif didapatkan sistem praktis pengolahan air limbah. Beberapa
keuntungan penerapan sistem ini adalah lumpur endapan dapat dihilangkan
sehingga pengolahan lanjutan dan/atau pencemaran sungai dapat dihindarkan,
bulking dapat dihilangkan sehingga sistem proses lumpur aktif berjalan stabil,
dan air limbah dapat didaur ulang.
Dengan menerapkan sistem ini didapatkan air bersih yang
tidak lagi mengandung senyawa organik beracun dan bakteri yang berbahaya bagi
kesehatan. Air tersebut dapat dipergunakan kembali sebagai sumber air untuk
kegiatan industri selanjutnya. Diharapkan pemanfaatan sistem daur ulang air
limbah akan dapat mengatasi permasalahan persediaan cadangan air tanah demi
kelangsungan kegiatan industri dan kebutuhan masyarakat akan air. Semoga.
9
BAB III
Penutup
Kesimpulan dan Saran
A. Kesimpulan
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan antara lain :
Ada beberapa cara pengolahan limbah, di antaranya pengolahan
secara fisika, kimia, dan biologi.
a. Pengolahan Secara Fisika
Pada umumnya, sebelum dilakukan pengolahan lanjutan terhadap
air buangan, bahan-bahan tersuspensi berukuran besar dan yang mudah mengendap
atau bahan-bahan yang terapung disisihkan terlebih dahulu. Penyaringan
(screening) merupakan cara yang efisien dan murah untuk menyisihkan bahan
tersuspensi yang berukuran besar. Bahan tersuspensi yang mudah mengendap dapat
disisihkan secara mudah dengan proses pengendapan.
b. Pengolahan Secara Kimia
Pengolahan air buangan secara kimia biasanya dilakukan untuk
menghilangkan partikel-partikel yang tidak mudah mengendap (koloid),
logam-logam berat, senyawa fosfor, dan zat organik beracun. Proses ini
dilakukan dengan cara menambahkan bahan kimia tertentu ke dalam air limbah.
Penyaringan bahan-bahan tersebut pada prinsipnya berlangsung melalui perubahan
sifat bahan-bahan tersebut, yaitu dari tidak dapat diendapkan menjadi mudah
diendapkan (flokulasi-koagulasi), baik dengan atau tanpa reaksi oksidasi-reduksi
dan juga berlangsung sebagai hasil reaksi oksidasi.
c. Pengolahan Secara Biologi
Semua air buangan yang biodegradable dapat diolah secara
biologi. Pengolahan limbah cair dengan proses biologi umumnya digunakan untuk
menghilangkan bahan-bahan organik terlarut dan koloidal yang membutuhkan biaya
yang cukup mahal untuk menghilangkannya
B. Saran
Berdirinya pabrik-pabrik menimbulkan dilema bagi pemerintah
dan masyarakat. Di satu sisi, keberadaan pabrik membantu pemerintah mengurangi
angka pengangguran. Akan tetapi, adanya pabrik justru menimbulkan masalah bagi
lingkungan. Air limbah pabrik yang tidak diolahatau diolah secara tidak benar
dapat merusak lingkungan karena air limbah mengandung zat pencemar, seperti
senyawa organik dan logam berat. Oleh karena kita harus mencegah atau
memperbaiki kerusakan lingkungan Dengan menerapkan sistem ini didapatkan air
bersih yang tidak lagi mengandung senyawa organik beracun dan bakteri yang
berbahaya bagi kesehatan. Air tersebut dapat dipergunakan kembali sebagai sumber
air untuk kegiatan industri selanjutnya. Diharapkan pemanfaatan sistem daur
ulang air limbah akan dapat mengatasi permasalahan persediaan cadangan air
tanah demi kelangsungan kegiatan industri dan kebutuhan masyarakat akan air.
Semoga
Pemerintah dan masyarakat serta pihak-pihak terkait
bekerjasama dalam upaya mengatasi masalah lingkungan sebab sebagian besar
terjadinya kerusakan lingkungan kebanyakan akibat dari air limbah pabrik yang
tidak diolahatau diolah secara tidak benar dapat merusak lingkungan.
1 comments:
Click here for commentsijin ngopi, pembahsannya gan...
Mohon dengan sangat untuk berkomentar dan saran demi kemajuan bersama,, beri kritik yang bermanfaat dan jangan lupa join blog ini..!
oke??? terima kasih :) ConversionConversion EmoticonEmoticon