Resensi Novel Lima Sekawan



Judul Asli : Five On a Hike Together
Judul Terjemahan : Lima Sekawan: Rahasia Harta Karun
Penulis : Enid Blyton
Alih Bahasa : Agus Setiady
Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama
Tahun Terbit : 1997
Cetakan ke- : 10
Tebal : 240 halaman
Harga : Rp 24.500,00,-

Novel Lima Sekawan: Rahasia Harta Karun adalah seri ke-10 dari 21 seri yang ada. Novel ini mengisahkan petualangan mereka ketika liburan pertengahan semester musim dingin yang seru dan mengasyikkan.
Lima Sekawan adalah Julian (anak tertua), Anne (adik Julian), Dick (sepupu Julian dan Anne), George (sepupu Julian dan Anne) dan Timmy (anjing George). Ke mana pun mereka pergi, pasti ada petualangan yang mengasyikkan.
Novel ini bercerita tentang petualangan Lima Sekawan yang terjadi secara tidak sengaja. Cerita dalam novel ini bermula ketika Julian dan Dick mengajak Anne, George dan Timmy untuk melancong. Di tengah perjalanan, kaki Timmy mengalami cedera. Julian sebagai anak tertua, memutuskan agar dirinya dan George mengantar Timmy ke Wisma Spiggy untuk mengobati kaki Timmy. Sedangkan Dick dan Anne disuruh Julian untuk tetap melanjutkan perjalanan ke Pertanian Telaga Biru, tempat mereka akan menginap malam itu. Julian berjanji bahwa dia, George dan Timmy akan menyusul ke sana.
Maka pergilah Dick dan Anne ke Telaga Biru. Sialnya, hari sudah mulai gelap dan turun hujan. Mereka hampir saja tersesat, namun akhirnya mereka menemukan sebuah rumah yang mereka pikir adalah Pertanian Telaga Biru. Anne pun tidur di rumah itu, namun Dick harus tidur di lumbung karena wanita tua pemilik rumah tidak mengizinkan dua orang tidur di dalam rumah. Ketika Dick hampir tertidur pulas, tiba-tiba terdengar suara orang yang memanggil-manggil namanya di luar jendela. Ketika Dick mendekat, orang itu memberitahukan sebuah pesan aneh yang berbunyi, ‘Dua Pohon, Air Gelap dan Saucy Jane.’ Orang itu lalu melemparkan sebuah kertas kecil yang berisi tulisan dan gambar yang tidak jelas. Orang itu juga menyampaikan bahwa Maggie juga tahu mengenai hal ini. Dick bingung dan tertidur kembali. Tidak lama kemudian, masuklah seseorang ke dalam lumbung. Sepertinya ia sedang menunggu seseorang. Tapi karena tak kunjung datang, ia pun meninggalkan lumbung. Paginya, Dick bertemu dengan anak pemilik rumah. Orang itu lalu mengusir Dick. Dick dan Anne akhirnya pergi dari rumah itu. Di tengah perjalanan, mereka bertemu dengan seorang anak dan bertanya padanya tentang rumah itu. Ternyata, rumah itu bukanlah Pertanian Telaga Biru, melainkan rumah Bu Taggart dan anaknya, Dirty Dick. Jika mereka ingin ke Pertanian Telaga Biru, mereka harus melewati Losmen Tiga Gembala.
Setibanya di sana, mereka bertemu dengan Julian, George dan Timmy. Timmy sudah tidak cedera lagi. Dick lalu menceritakan pengalamannya semalam. Mereka menebak orang yang memberi pesan kepada Dick adalah narapidana yang kabur, karena semalam ada narapidana yang melarikan diri. Mereka berencana untuk melapor ke kantor polisi di Desa Reebles. Sayangnya, saat mereka melapor ke sana, polisi tidak mempercayai laporan mereka dan mengatakan bahwa narapidana itu sudah ditangkap kembali. Lima Sekawan kemudian pergi karena jengkel melihat sikap polisi yang tidak ramah itu.
Mereka lalu bertanya kepada seorang nenek mengenai Dua Pohon. Nenek itu lalu menjelaskan tentang tempat itu. Mereka juga bertanya ke kantor pos mengenai Air Gelap dan sambil menyewa beberapa helai selimut. Julian memutuskan agar mereka pergi saja ke Dua Pohon. Setibanya di sana, mereka menginap di sebuah kamar bawah tanah dari rumah yang telah terbakar. Saat pagi tiba, mereka kembali berdiskusi mengenai masalah pesan itu. Mereka hampir memecahkan pesan itu dan memutuskan untuk mencari Saucy Jane yang mereka pikir adalah sebuah kapal. Mereka memperkirakan bahwa di dalamnya terdapat harta karun.
Jalan cerita selanjutnya sudah bisa ditebak. Lima Sekawan akhirnya menemukan harta karun tersebut. Tentunya tidak mudah menemukannya. Mereka harus mengelabui Maggie dan Dirty Dick yang juga datang untuk mencari harta itu. Lima Sekawan kemudian pergi ke kantor polisi dan menceritakan semuanya. Harta itu pun segera dikembalikan kepada pemiliknya, yaitu Ratu Fallonia.
Ada banyak hal yang bisa didiskusikan dalam buku ini. Semua cerita tentang kepahlawanan, keberanian, kepercayaan, persahabatan, kecerdikan dan tekad yang kuat dapat ditemukan dalam novel ini. Novel ini seakan-akan hidup dan mengajak para pembaca untuk ikut andil dalam petualangan Lima Sekawan. Semuanya dideskripsikan dengan sangat baik, sehingga mudah untuk dibayangkan. Kita tidak perlu memicingkan mata untuk membaca novel ini. Ukurannya hurufnya yang besar dan spasi yang tidak terlalu padat serta bahasanya yang sopan membuat novel ini digemari berbagai kalangan. Mulai dari anak-anak sampai orang dewasa. Novel ini juga disertai beberapa gambar yang mendukung cerita dan semakin menarik dengan covernya yang penuh warna. Novel ini benar-benar cocok bagi pembaca yang menyukai petualangan. Meski di satu sisi, novel ini memiliki beberapa kekurangan. Seperti tidak dilampirkannya biografi singkat penulis dan kualitas kertasnya yang kurang baik. Walaupun begitu, kekurangan tersebut tidaklah mengurangi keasyikan membaca novel ini. Membaca novel ini membuat kita sadar akan pentingnya kerja sama, rasa saling mempercayai, menghormati dan menyayangi satu sama lain serta selalu berpikir sebelum bertindak lebih jauh. Satu hal yang patut dicatat adalah bahwa begitu selesai membaca novel ini, akan terasa dorongan teramat kuat untuk terus membaca novel berikutnya, karena novel ini bukan hanya menyajikan hiburan, tetapi banyak pelajaran yang bisa dipetik di dalamnya. 
source
Previous
Next Post »

Mohon dengan sangat untuk berkomentar dan saran demi kemajuan bersama,, beri kritik yang bermanfaat dan jangan lupa join blog ini..!
oke??? terima kasih :) ConversionConversion EmoticonEmoticon

Thanks for your comment